Monday, September 29, 2014

Book Review : The Bliss Bakery Trilogy #1 : Bliss




Judul : The Bliss Bakery Trilogy #1 : Bliss
Pengarang : Kathryn Littlewood  
Bahasa : Indonesia  
Penerbit : Noura Books  
Tebal : 308 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2012  

Format : Paperback  
Target : Remaja
Genre : Food Fiction


Ketika musim panas pada ulang tahunnya yang kesepuluh, Rosemary Bliss melihat ibunya mengaduk halilintar ke dalam semangkuk adonan dan mengetahui - dengan seyakin-yakinnya - bahwa orangtuanya menggunakan sihir di toko roti Bliss.

Buku ini tentang?
Cerita keluarga Bliss, Albert dan Purdy Bliss beserta keempat anak mereka : Thyme Bliss (Ty, anak lelaki sulung yang tampan dan menawan), Rosemary Bliss (Rose, anak perempuan satu-satunya yang selalu menjadi satu-satunya anak yang peduli pada toko roti orangtuanya), Sage Bliss (Sage, adik laki-laki yang lucu dan pandai melawak), serta Parsley (Leigh, si bungsu perempuan yang imut). 

Keluarga Bliss adalah pemilik toko roti Bliss di Calamity Falls. Walaupun kecil, toko roti Bliss selalu ramai dikunjungi para penduduk Calamity Falls yang mengantri membeli kue-kue yang dijajakan sedari pagi. Di balik kelezatan kue dan tampilannya sebagai toko roti kecil "biasa", Albert dan Purdy Bliss menyimpan rahasia besar, mereka menggunakan sihir dalam resep-resepnya. Kue-kue dengan resep yang menggunakan bahan-bahan aneh dalam adonannya seperti nyanyian burung bul-bul, kuapan musang, ekor awan, bahkan halilintar. Kue-kue "aneh" tersebut digunakan pasangan Bliss secara diam-diam untuk membereskan berbagai bencana baik besar maupun kecil di Calamity Falls. Semua rahasia resep sihir tersebut tersimpan aman dalam buku Bliss Cookery Booke yang dijaga baik-baik oleh keluarga Bliss turun-temurun.

Pada suatu hari, Albert dan Purdy harus pergi ke kota Humbleton untuk membantu walikota Humbleton memberantas penyakit flu musim panas yang menjadi wabah di kota - dengan bantuan kue-kue Bliss. Albert dan Purdy terpaksa meninggalkan anak-anak mereka untuk sementara. Sebelum pergi, Albert dan Purdy mempercayakan kunci tempat penyimpanan Bliss Cookery Booke kepada Rose.

Tak lama setelah orangtua Bliss pergi, muncul wanita misterius yang mengaku sebagai Lily, bibi mereka. Lily meyakinkan anak-anak Bliss bahwa ia adalah bagian keluarga Bliss dengan menunjukkan tanda lahir berbentuk sendok sup - yang secara ajaib memang dimiliki turun-temurun oleh setiap anggota keluarga Bliss. Lily yang cantik memesona, baik hati, dan selalu cakap, segera memikat Ty dan Sage. Namun Rose selalu merasa curiga ada yang tak beres dengan bibinya tersebut. 

Masalah kemudian datang silih berganti ketika Rose, Ty, dan Sage mulai mempraktikkan resep-resep kue sihir yang ada dalam Bliss Cookery Booke. Kue-kue sihir mereka mulai mendatangkan berbagai kekacauan di kota yang makin lama makin tak terkendali! 

Rose mulai bimbang apakah mereka harus meminta bantuan bibi Lily untuk membereskan masalah tersebut - yang berarti sekaligus menunjukkan padanya bahwa mereka memiliki Bliss Cookery Booke, atau tetap diam dan melihat bencana melanda seisi kota. Apalagi, Rose merasa, bibi Lily ingin menguasai Bliss Cookery Booke!

Mengapa memilih buku ini?
Well, yang pertama karena sampulnya, yang kedua karena judulnya. Sampulnya bagus banget, bergambar toko roti kecil yang gemerlap. Ditambah lagi judulnya, kelihatan jelas kalau ini adalah food fiction, dan saya penggemar food fiction. :D Baru lihat sampul dan baca judul saja sudah berasa lapar.

Kemudian karena sinopsis di belakangnya menunjukkan bahwa ini adalah toko roti dengan tambahan sihir di dalamnya, saya jadi tambah penasaran, jadilah masuk keranjang belanja. :D

Hal yang disukai dari buku ini?
Resep-resepnya :D. Walaupun aneh, resep kue tetaplah resep kue. Karena hasilnya dideskripsikan "cantik", jadi ya walaupun resepnya aneh, tetaplah membuat pembacanya lapar, haha. :D

Saya menyukai bagian di mana Bliss bersaudara akhirnya dapat bekerja bersama untuk membereskan masalah mereka (walaupun melibatkan bibi Lily juga). 

Saya juga menyukai hubungan antara Ty dan Rose yang - walaupun Rose merasa orangtua (dan orang lain) lebih menyayangi abangnya yang tampan dibandingkan dirinya yang biasa-biasa saja - Ty menunjukkan bahwa dia sebenarnya cukup perhatian kepada saudarinya, sampai-sampai punya panggilan sayang, mi hermana (saudariku, dalam bahasa Spanyol). Dalam banyak hal mereka berdua saling membantu, tidak seperti hubungan kakak-adik di beberapa fiksi remaja yang seringkali digambarkan sebagai pesaing dan saling membenci satu sama lain.

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Ini sebenarnya lebih pas digolongkan ke dalam teen food fiction, jadi pas untuk bacaan anak yang beranjak remaja, ceritanya ringan dan ABG banget, seperti Rose yang merasa diabaikan dan kurang disayang dibanding saudara-saudaranya. Untuk saya pribadi, alur ceritanya simpel dan gampang ketebak, sehingga bacanya flat aja, kurang menggebu-gebu karena ya itu tadi, kayanya sudah tahu ujungnya bakal bagaimana. 

Karakter favorit:
Saya tidak punya karakter favorit khusus. Setiap karakter memiliki sisi baik dan buruknya masing-masing, berimbang. Tidak ada yang benar-benar baik maupun benar-benar jahat. Bahkan bibi Lily pun punya banyak hal baik di samping hal buruk.  

Quote favorit:
Ada sebuah keajaiban di antara kedua sejoli itu, saat sinar jingga matahari terbenam melintasi pepohonan, tapi keajaiban itu tak ada hubungannya dengan mantra atau stoples. Yang ada hanyalah keajaiban dalam diri seseorang untuk mau berubah, berkembang, dan menyembuhkan diri, tanpa bantuan sihir sama sekali.

Berapa bintang?
Ceritanya ringan dan alurnya sederhana. Bagi saya agak sedikit membosankan, tapi cocok dihadiahkan untuk sepupu atau keponakan yang baru beranjak remaja. Untuk buku ini saya memberikan rating : tiga bintang.



post signature

Tuesday, September 23, 2014

Book Review : A Perfect Proposal

 
Judul : A Perfect Proposal
Pengarang : Katie Fforde
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal : 413 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2011
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Romance
 
 
 
Hidup Sophie akan berubah selamanya...
 
Buku ini tentang? 
Kisah seorang gadis muda Inggris, Sophie Apperly, yang tumbuh sebagai anak bungsu di keluarga akademisi (ayah, ibu dan kakak-kakaknya), dan menjadi satu-satunya anggota keluarga non akademisi (bahkan tidak kuliah). Kecintaan Sophie bukan pada bidang akademis melainkan pada jahit-menjahit, merombak pakaian loak, mendandani barang lama menjadi seperti baru, pokoknya pada hal-hal yang oleh keluarga besarnya dianggap tak berguna.

Karena profesi sebagai akademisi tak mendatangkan banyak uang, maka keluarga Sophie hidup pas-pasan (nyaris miskin) walaupun mereka tinggal dalam rumah besar. Dalam buku ini dituturkan kisah Sophie yang "diumpankan" keluarganya untuk mengurus seorang kerabat (Paman Eric) yang kaya raya, tua, tak menikah dan tak memiliki ahli waris, dengan demikian keluarganya berharap agar mereka bisa mendapatkan warisan melalui Sophie. Sophie yang tulus dan periang segera membuat Paman Eric jatuh hati (walaupun tetap pelit padanya) dan menceritakan soal hak-hak pengeboran yang dimiliki keluarga mereka dari jaman dahulu namun kini terpecah belah karena tidak ada yang berusaha mengumpulkan hak-hak itu. Paman Eric menceritakan tentang kerabat yang menjadi kunci pengumpulan hak-hak itu saat ini ada di Amerika.

Pada saat yang bersamaan, Sophie mendapatkan pekerjaan di Amerika melalui sahabatnya Milly yang tinggal di New York. Pekerjaan sebagai nanny (yang dikecam keras oleh keluarga besarnya), namun Sophie berharap pekerjaan itu bisa membuatnya mencari tahu tentang kerabat di Amerika yang mengumpulkan hak-hak pengeboran.

Tanpa diduga, setibanya di Amerika keluarga yang akan mempekerjakannya tiba-tiba membatalkan secara sepihak. Akibatnya Sophie jadi luntang-lantung tanpa pekerjaan jelas dan hanya menumpang di apartemen Milly. Pada suatu momen ketika Sophie mengikuti pameran di tempat kerja Milly, Sophie bertemu dengan Matilda, seorang nenek kaya raya yang berasal Inggris dan cucu pengacaranya yang angkuh, Luke.

Matilda dengan segera jatuh hati pada Sophie yang tulus dan ceria (dan asal Inggris!), sementara Luke penuh prasangka dan curiga bahwa Sophie hanya akan memanfaatkan neneknya dan harta bendanya. Matilda kemudian mengundang Sophie ke rumah mewahnya di Connecticut untuk merayakan Thanksgiving bersama keluarganya, dan cerita pun bergulir di seputar lika-liku komedi romansa antara Sophie, gadis periang, gigih, dan super pengiritan (karena miskin) dan Luke yang menawan, angkuh, kaya raya dan tak pernah memusingkan soal uang.

Mengapa memilih buku ini?
A Perfect Proposal adalah buku Katie Fforde kedua yang saya baca setelah Summer of Love. Cerita khas Katie Fforde yang ringan, ceria dan khas chicklit, cocok dijadikan bacaan ringan sambil duduk santai di sofa dan ngemil, jenis bacaan yang bisa dibaca sambil lalu dan tidak perlu berpikir keras :D. Buat saya ini jalan keluar yang manis setelah a hectic week at work. Soalnya kalau habis melalui minggu yang penuh perjuangan trus diakhiri dengan buku-buku Pramoedya Ananta Toer, misalnya, rasanya bisa bikin kram otak. :D

Hal yang disukai dari buku ini?
Ringan, manis dan menyenangkan untuk teman bersantai. And it always have a happy ending. Tokoh-tokoh utamanya khas chicklit, muda, modern, dan masa kini, terasa dekat dengan dengan kehidupan sehari-hari.

Saya menyukai bagian dimana dompet Luke hilang di Inggris dan dia terpaksa hidup menumpang sepenuhnya pada Sophie yang selalu kekurangan uang. Luke terpaksa mengikuti gaya hidup Sophie yang super irit, berdesakan naik kendaraan umum kemana-mana, makan fish and chips melempem dan roti bekal yang dibawa dari rumah, serta (yang paling parah) memakai pakaian yang dibeli di toko loak. :D

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Tipikal ceritanya tidak terlalu berbeda novel Katie Fforde sebelumnya yang nyiklit banget. Kalau anda adalah penggemar cerita dengan alur yang bervariatif, anda akan lekas bosan membaca buku ini. Kemudian ada beberapa konten mengenai hak-hak pengeboran yang lumayan berat dan tidak dijelaskan secara detail sehingga saya juga tidak terlalu paham menangkap maksudnya. Mungkin kurang lebih maksudnya adalah warisan hak sebagai pemilik tanah yang di bawahnya terdapat berliter-liter galon minyak bumi siap dibor, tapi karena tidak dijelaskan lebih lanjut jadi ya tema hak-hak pengeboran itu hanya sekedar sambil lalu saja. Intinya Sophie berjuang untuk memperoleh hak-hak pengeboran itu, dia berhasil mendapatkannya (dengan bantuan banyak pihak, terutama Luke tentunya!) dan sebagai imbalannya dia menjadi kaya raya, sumber minyak bumi gitu loh.

Ada lagi bagian dimana Sophie dan Luke berselisih paham karena Ali (karyawan Luke yang cantik, elegan dan sempurna dan bersikap seolah-olah dia pacar Luke), bahkan Ali menggelapkan uang yang dikirim Sophie untuk membayar jasa profesional Luke, namun tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana nasib Ali selanjutnya setelah Luke menyadari hal tersebut. Sebagai pembenci tokoh antagonis :D kan ingin rasanya melihat bagaimana Luke mendamprat atau bahkan mengusir Ali dan membuatnya patah hati mutlak setelah sempat memporakporandakan hidup Sophie. :D

Karakter favorit:
Sophie Apperly. Sifatnya yang tulus, periang dan jago pengiritan, serta kesukaannya menjahit dan merombak barang lama menjadi baru (secara saya sendiri juga suka hal-hal yang berbau handmade).

Berapa bintang:
Ceritanya ringan, cukup menghibur, cocok dijadikan bacaan wiken yang santai dan bisa dibaca sambil lalu. Saya cukup menikmati buku ini dan memberikan rating tiga setengah bintang.

post signature