Saturday, October 11, 2014

Book Review : The Wedding Officer



Judul : The Wedding Officer

 Pengarang : Anthony Capella

Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 560 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2008
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Romance, Food Fiction, Historical Fiction  



L'appetito viene mangiando. Selera datangnya karena makan. 

Buku ini tentang?
The Wedding Officer menceritakan tentang kisah tentang Livia Pertini dan James Gould. Livia Pertini adalah gadis Napoli, Itali yang pandai memasak (benar-benar pandai, she born to cook, begitulah kurang lebih), sedangkan James Gould adalah kapten Inggris yang ditugaskan di Napoli setelah wilayah tersebut berhasil ditaklukkan tentara Sekutu dari penguasaan tentara Jerman.
Diceritakan dalam sinopsis The Wedding Officer, bahwa James Gould ditugaskan sebagai Pejabat Pernikahan yang tugasnya di antaranya adalah mencegah para tentara Sekutu menikahi gadis-gadis Itali kekasih mereka. Tetapi para gadis di Napoli sengaja mengatur agar seorang gadis desa Itali yang cantik dan pintar masak diterima sebagai juru masak untuk Kapten Gould dan stafnya. Dan Kapten Gould yang terpikat oleh pesona si gadi Itali dan masakan-masakan lezatnya mulai menyadari hatinya lebih penting daripada perintah-perintah atasannya.

Sinopsisnya sih, simpel. Tapi setelah baca, ceritanya kaya. Ke-bantal-an buku ini menjadikan alur cerita bisa berkembang kompleks dan luas, tidak sesederhana ketemu-jatuh cinta-kawin. Saya menghabiskan 188 halaman sebelum James bertemu Livia untuk pertama kalinya. 

Cerita mengalir alami, berawal dari latar belakang hidup Livia dan James sebelum mereka berdua bertemu, dan kisah cinta mereka masing-masing sebelumnya. Jatuh cinta di antara keduanya pun pakai proses, tidak instan, sehingga saya bisa turut memahami kenapa keduanya bisa saling menyukai.

Alur dimulai dari masing-masing kehidupan Livia dan James, sampai akhirnya bertemu, dan kemudian berpisah. Takdir menyeret Livia ke garis depan pertempuran perang dan James pun menyusul untuk mencarinya.

The Wedding Officer dilatarbelakangi sejarah perang di Eropa, terutama Itali, antara tentara Sekutu melawan Jerman (Hitler) di tahun 1944. Dalam tahun tersebut terjadi pula letusan dahsyat gunung Vesuvius di Itali. Anthony Capella menggambarkan adegan peperangan yang dilakukan Gould saat bertempur melawan Jerman di garis depan dengan sangat baik, rasa-rasanya seperti saya sedang menonton film perang, macam Saving Private Ryan. Walaupun adegan perang tidak terlalu panjang, namun Capella mendeskripsikan suasana peperangan secara detail, kehidupan para tentara di garis depan, kekejaman dan kemanusiaan yang saling tumpang tindih, dan kegigihan untuk menunaikan tugas walaupun mempertahankan nyawa menjadi hal yang sangat rapuh.

Bagi warga sipil Itali, perang juga mendatangkan petaka. Baik saat mereka dikuasai Jerman maupun saat Sekutu mengambil alih, warga sipil selalu menjadi pihak yang dikorbankan. Ketiadaan pekerjaan, kekacauan, kemiskinan dan kelaparan menjadi hal sehari-hari yang harus dihadapi. Sebagian besar gadis-gadis di Napoli menjadi pelacur bagi tentara Sekutu sekedar agar dapat bertahan hidup. Pasar gelap dan mafia merajalela.

"Bahkan sebelum serdadu Sekutu datang mengambil seluruh sisa persediaan makanan keluarga Pertini, sudah jelas bahwa pembebasan (dari Jerman oleh Sekutu) tidak akan lebih baik, dan bahkan dari beberapa sisi lebih buruk, daripada pendudukan oleh Jerman. Sekarang Itali menjadi medan pertempuran di mana tidak ada pihak Itali, dan untuk kedua belah pihak (Jerman dan Sekutu), kebutuhan penduduk sipil menempati urutan kedua setelah kepentingan memenangkan perang."

Di antara adegan perang dan kehidupan Livia dan James, The Wedding Officer juga bertaburan makanan, apalagi ditunjang dengan keahlian khusus tokoh utama (Livia) di bidang masak-memasak. Sebagaimana buku-buku Anthony Capella yang lain yang bertema food fiction, The Wedding Officer juga penuh dengan makanan Itali yang lezat. Pokoknya baca ini buku cocoknya sambil ngemil, karena membuat lapar pembacanya :D

"Mozarella affumicata diasapi ringan dan berwarna cokelat, sementara scamorza diasapi di atas lapisan kulit kemiri membara sampai menjadi hitam dan kental seperti secangkir espresso pekat. Kalau ada kelebihan susu, mereka bahkan membuat keju keras, ricotta salata di bufala, yang digarami dan agak seperti buah, bagus untuk diparut di atas sayur panggang. Tetapi keluarga Pertini paling terkenal untuk keju burrata, kantong kecil mozarella terbaik dan segar, berisi krim sapi dan terbungkus daun asphodel."

Mengapa memilih buku ini?
Buku ini buku bantal, benar-benar tebal. 560 halaman dan tulisannya kecil-kecil :D. Saya membeli buku ini karena tertarik dengan review dari teman-teman blogger buku waktu ada posting bersama tentang buku bertema food fiction, banyak yang memberi rating bagus pada The Wedding Officer. Gara-gara itu, saya sampai bela-belain cari buku bekasnya, karena sudah terbit lagi. Akhirnya berjodoh dengan salah satu kaskuser yang sedang cuci gudang buku koleksinya, dan saya membeli buku ini dari beliau seharga Rp. 18.000,- :D murmer bener yak.

Setelah membeli, buku ini sempat nganggur beberapa lama karena ternyata perlu niat ekstra untuk membacanya. Selain tebal dan tulisan kecil-kecil yang bikin jiper, kertasnya yang berbercak-bercak kuning (namanya juga buku bekas) lumayan menurunkan semangat untuk mulai membaca. Akhirnya ketika timbunan buku baru mulai berkurang, mau nggak mau kepegang juga sih. Dan eh, setelah mulai membaca, malah jadi ketagihan. :D

Hal yang disukai dari buku ini?
Alur ceritanya kaya, bukan hanya tentang cinta semalam. Ada unsur sejarah, romance, makanan bahkan sampai ideologi dan bumbu adegan dewasa pun ada di buku ini. Lengkap. Dan Anthony Capella mengemasnya secara menarik, sehingga semua unsur itu nge-blend (apa ya bahasa yang tepat? :D) dalam satu cerita.

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Apa ya, secara umum saya suka ceritanya sih. Yang paling menyebalkan mungkin semua adegan yang berhubungan dengan Alberto, mafia keparat yang jatuh cinta kepada Livia dan berusaha melakukan segala cara untuk mendapatkan Livia, walaupun itu termasuk menyakitinya dan mengirimnya ke garis depan pertempuran. Tapi walaupun sebal, bagaimanapun juga tokoh Alberto diperlukan dalam buku ini. Sayangnya sampai akhir tidak ada kelanjutan nasib Alberto, apakah benar-benar dipenjara atau tidak. Lebih bagus lagi sih, ditembak aja ya, orang macam dia benar-benar merusak peradaban. :D

Karakter favorit:
James Gould. Wahaha, mainstream sekali ya. Cowok baik-baik, tidak macam-macam, setengah lugu, setia dan cinta sekali sama Livia. Siapa yang tidak akan suka? :D Kalau mengutip kata Mbak Ren di review-nya ini, yang saya suka sih perkembangan karakter James, dari idealis menjadi realistis, polos menjadi tangguh, taat peraturan menjadi mengikuti apa yang kata hatinya bicarakan, semuanya terasa alami dan masuk akal. 

Berapa bintang:
Buku ini menarik untuk dibaca, dan isinya lengkap, ada romance, sejarah, masak-memasak, macam-macam deh. Kalau anda menyukai buku bantal dengan alur cerita yang lengkap, atau kalau anda penggemar salah satu genre yang saya sebutkan tadi, saya merekomendasikan buku ini. Untuk buku ini, saya memberikan rating : empat bintang.

Oh iya, buku ini banyak dibumbui adegan dewasa, jadi sebaiknya diperuntukkan bagi pembaca dewasa.


post signature

No comments:

Post a Comment