Wednesday, January 7, 2015

Happy New (Reading) Year 2015

Original artwork by Grace Ahmed.

2014 was a good reading year for me. Ada beberapa hal baik yang terjadi di tahun 2014, dan saya bersyukur karenanya. :)

1. Tahun 2014 adalah tahun saya mulai serius membaca buku setelah lama meninggalkan kebiasaan ini dan beralih ke majalah/tabloid, film, dan hobi-hobi saya yang lainnya (kebanyakan hobi sih sebenernya, tapi kurang waktu :D).

2. I completed my 2014 Goodreads reading challenge! Woohoo! Nggak banyak sih, tapi lumayan lah untuk saya memulai lagi. Ada 14 buku yang selesai saya baca dan saya review. Reading challenge ini adalah resolusi tahun 2014 saya yang berhasil dicapai, di antara resolusi-resolusi lain yang kacrut dan bubar jalan. :D

3. Saya membuat blog khusus buku ini di akhir tahun 2013, jadi hitung saja sebagai pencapaian tahun 2014 ya :D dan walaupun sempat angin-anginan, alhamdulillah lumayan terisi postingannya dibanding blog yang satunya lagi, yang mungkin sudah mulai lumutan. :D

4. Resmi terdaftar sebagai anggota komunitas Blog Buku Indonesia (BBI) setelah berproses selama hampir setahun :D. Sungguh menyenangkan bergabung dengan komunitas yang isinya pecinta buku semua ini (literally, I mean). Walaupun ada potensi risiko yang mengiringi, yaitu risiko menambah timbunan (buku), karena sejauh saya mengamati selama ini, rata-rata member BBI itu punya hobi menimbun. :D

Dan untuk tahun 2015, ada beberapa hal yang ingin saya lakukan :

1. Ikutan reading challenge lagi tentunya. Tahun ini saya mengikuti reading challenge Goodreads lagi, dan satu reading challenge dari sesama rekan BBI. Target Goodreads reading challenge tahun ini saya naikkan menjadi 30 buku. Targetnya tidak muluk-muluk, sembari mengukur kemampuan, itu juga sudah dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Makanya saya salut pada teman-teman yang target RC nya segunung dan berhasil tercapai. *nyembah* sama suhu-suhu BBI yang target RC nya sampai 100 buku

2. Membuat review dari buku-buku yang saya baca. Bacanya sih enak, bikin reviu-nya yang kadang harus menunggu hidayah :D

3. Membaca lebih banyak buku Bahasa Inggris. Tahun lalu saya berhasil membaca sampai selesai sekaligus mereview beberapa buku berbahasa Inggris. Tahun ini saya ingin menambah jumlahnya. Walaupun kadang harus tertatih-tatih sambil buka-buka kamus :D

4. Membaca lebih banyak ebook. Ini dalam rangka mengurangi timbunan paperback yang sudah kehabisan tempat di rumah. Tahun kemarin saya mulai membaca dalam format ebook, dan "Eh, ternyata enak juga baca ebook." Jadi keterusan deh.

5. Mulai menulis cerita saya sendiri. Ini cita-cita jaman katrok yang hanya jadi wacana saja dan belum pernah terealisasi. Ya, paling tidak masuk dalam resolusi tiap tahun lah, minimal ada niatnya dulu :D

dan yang terakhir,

6. Walaupun tidak ada hubungan langsung dengan buku, di tahun 2015 ini saya ingin menjadi istri, ibu, dan orang yang lebih baik lagi secara fisik dan mental (maksudnya, secara pembawaan pribadi dan sikap budi pekerti) :D 

Semoga tahun 2015 menjadi tahun yang berlimpah keberkahan bagi kita semua. 




Happy New (Reading) Year 2015!


post signature

Sunday, January 4, 2015

Book Review : Where'd You Go Bernadette


Judul : Where'd You Go, Bernadette

Penulis : Maria Semple
Bahasa : Inggris
Penerbit : Back Bay Books
Tebal : 326 halaman
Format : Ebook
Diterbitkan pertama kali : 2013


The first annoying thing is how, anytime I ask Dad what he thinks happened to Mom, he always says, "The most important thing is for you to understand it's not your fault." You'll notice that wasn't even the question. When I press him, he says the second annoying thing, "The truth is complicated. There's no way anyone can ever completely know everything about another person."

Mom disappears into thin air two days before Christmas without telling me? Of course it's complicated. Just because it's complicated, just because you think you can't ever know another person completely, it doesn't mean you can't try.

It doesn't mean I can't try.

Review 

Where'd You Go Bernadette adalah buku terakhir yang saya baca di tahun 2014 sekaligus penutup Goodreads Reading Challenge, yang alhamdulillah biar targetnya cuman dikit tapi completed. Yang berat adalah ngumpulin niat buat ngereviu. :D

Where'd You Go Bernadette bertutur tidak dengan narasi novel pada umumnya, melainkan melalui serangkaian email, surat, artikel, memo dan korespondensi lainnya. Seperti Every Boy's Got One-nya Meg Cabot yang bercerita melalui Blackberry dan PDA.

Meet Bernadette Fox, arsitek pemenang penghargaan yang tinggal bersama suaminya, Elgin Branch, jenius pemimpin project besar di Microsoft, dan Bee Branch, anak perempuan remaja mereka - juga jenius - yang duduk di tahun terakhir menjelang kelulusan sekolah Galer Street. Meskipun arsitek pemenang penghargaan, namun mereka tinggal di rumah tua bobrok.

Sebagai orang tua Bee yang notabene merupakan siswa Galer Street, Bernadette tidak rukun dengan ibu-ibu orang tua murid lainnya, saking sebalnya dia bahkan menjuluki mereka sebagai "gnats" karena menurutnya “they’re annoying, but not so annoying that you actually want to spend valuable energy on them.” 

Kecenderungannya menghindari orang-orang ternyata tidak hanya untuk ibu-ibu Galer Street saja. Bernadette juga menghindari orang-orang lainnya. Bernadette mengidap agoraphobia, yaitu phobia yang ditandai dengan kecenderungan seseorang menghindari tempat terbuka atau tempat publik dan pertemuan dengan orang-orang.

Bee Branch, yang akan lulus dari Galer Street dengan nilai sangat memuaskan, dan berencana melanjutkan ke sekolah asrama eksklusif Choate, meminta "hadiah" kepada kedua orangtuanya, yaitu perjalanan wisata keluarga ke Antartika. Perjalanan itu sendiri mendatangkan masalah bagi Bernadette yang tidak menyukai travelling dan cenderung menghindari pertemuan dengan orang lain. Bahkan saking tidak sukanya harus berurusan dengan orang lain, untuk keperluan sehari-hari (sampai memesan makanan, membeli pakaian, membayar tagihan) dan termasuk untuk mempersiapkan tetek bengek perjalanan itu, Bernadette mempekerjakan virtual assistant di Delhi, India (Bernadette tinggal di Seattle!) untuk mengurus semuanya.

Masalah Bernadette tidak hanya itu. Audrey Griffin, tetangga sekaligus "musuh bebuyutan" yang juga tokoh ibu-ibu Galer Street (tipe yang banyak terlibat dengan komunitas orang tua, aktif di kegiatan sekolah) selalu membuat masalah dengannya (kalau dalam versi Audrey, Bernadette lah si pembuat masalah). Perseteruan dengan Audrey menjadi kian runyam ketika lereng bukit rumah Bernadette longsor menimbun rumah Audrey tepat ketika Audrey menjadi tuan rumah acara penting pertemuan orang tua murid Galer Street.

Puncaknya adalah ketika Elgin Branch (Elgie) suaminya merasa kelakuan Bernadette sudah kelewatan. Elgie curiga istrinya menderita masalah psikologis, ia kemudian meminta bantuan psikiater. 

Dalam kecarut-marutan itu, Bernadette menghilang, lenyap tak diketahui rimbanya. Bee kemudian berusaha menyusun kepingan puzzle dari surat-surat, email, artikel dan dokumen yang didapatnya, dengan satu tujuan : mencari ibunya.

Penulisan dengan naskah berbentuk susunan surat/korespondensi semacam ini dikenal dengan epistolary. Keuntungan Maria Semple menyusun novel dengan format demikian adalah penulis dapat bercerita dari berbagai sudut pandang tergantung siapa karakter yang saat itu sedang bertutur melalui surat. Walaupun demikian, tidak seluruh buku ini ditulis dalam bentuk epistolary, karena bagian akhir buku ini kembali pada format penulisan konvensional.
Where'd You Go Bernadette menjadi unik karena sifat eksentrik Bernadette itu sendiri, yang quirky, blak-blakan dan cenderung satir. Walau demikian satirisme itu ditulis dengan kocak dan menghibur. :D

Setting yang melatari buku ini juga cukup luas dan beragam, mulai dari kota Seattle, Antartika, hal-hal terkait arsitektur, sampai penggambaran Maria Semple tentang Microsoft yang cukup detil membuat saya berpikir, kalau bukan pengalaman pribadi penulisnya, pasti ia melakukan banyak riset untuk menulis buku ini.


Bernadette, diambil dari website penulisnya. Jadi pingin punya boneka ini :D

Buku yang ngehits dan mendapat banyak ulasan baik ini memang menarik. Tapi ada bagian yang membuat saya 'ngambek' dan sempat malas meneruskan membaca (dan menurunkan ratingnya versi saya) yaitu di bagian Elgie punya affair dengan wanita lain. Bisa-bisanya gitu loh, apalagi si perempuan yang jadi selingkuhan itu 'enggak banget' menurut saya. Gak ngerti deh, apa yang dilihat Elgie dari cewek itu *sebel* :(. 

I found it quirky, satire, humorous, a fun to read. Overall, it's a good read. Untuk buku ini saya memberikan rating tiga setengah bintang.